Minggu, 01 Maret 2015

Rin [Len]

Aku seorang laki-laki biasa yang berasal dari kota tetangga. Aku kesini hanya untuk melanjutkan studiku. Untuk menjadi seseorang yang kelak akan membahagiakan keluarga. Tujuanku hanya itu. Ya, hanya itu. Aku bertekad tidak akan memikirkan hal lain kecuali untuk lulus dengan nilai yang baik. Sampai suatu hari aku bertemu dengan dia. Perempuan bertubuh mungil yang awalnya kukira adalah murid smp. Tapi ternyata dia adalah teman sekelasku.
Namanya Rin. Dia adalah gadis yang ceria. Dia memiliki rambut hitam panjang yang bergelombang, mata yang lebar serta tubuh yang mungil. Sungguh, dia tidak terlihat seperti mahasiswi pada umumnya. Bukan hanya tubuhnya yang ‘kurang’ tinggi. Namun tingkah dan kebiasaannya juga tidak memenuhi syarat sebagai mahasiswi. Dia senang memakan hal yang manis. Seperti permen, pocky, bahkan coklat. Dia juga menyukai ice cream. Bila diantara kami, pikirannya masih sangat polos.
Aku tau kebiasaannya. Karena sejak awal kami memang sangat dekat. Diam-diam aku memperhatikan dia. Mungkin aku terkesan cuek dan tidak perduli. Namun sesungguhnya aku diam-diam menyukainya.
Aku sering mengacak-acak rambutnya. Memegang kepalanya. Dia sangat lucu.
Tak perduli seberapa kami dekat di dunia maya, di dunia nyata kami seperti tidak saling kenal. Bukan tidak saling kenal seperti orang asing, tapi tidak seakrab saat di dunia maya. Jujur saja, aku ingin sekali berbicara dengan dia.
Dia seorang anime lovers serta seorang nijikon, pengkoleksi figure dan pembaca komik. Dia juga suka menulis. Sayang, dia tak bisa menggambar.
Dia seorang adis yang penakut. Dia juga adalah gadis yang ceroboh. Pelupa, sama sepertiku.
Kami sangat dekat, entah sedekat apa hubunganku dengan Rin dimata teman-temanku. Aku ingin lebih mengetahui tentang Rin. Yang membuatnya menarik adalah sifat cerianya. Sempat aku berfikir, “apa dia tidak pernah merasa sedih?”.
Aku dan Rin akrab sudah sejak lama. Mungkin karena sama-sama penyuka anime, karena yang aku tau perempuan jarang sekali yang menyukai anime.
Saat di kelas, dia duduk di bangku depanku. Jadi dengan jelas aku bisa memperhatikan dia. Ketika dia mulai melihat ke luar jendela, tandanya dia mulai merasa bosan dengan penjelasan dosen. Dia suka melihat ke bawah jika ada kelas yang jadwalnya jam olahraga. Sepertinya dia sangat menyukai pria yang pandai olahraga.
Mungkin seperti itu. Atau mungkin ada seseorang yang dia sukai dibawah sana. Aku tau aku hanya pria biasa yang tak mungkin dia sukai.
Dia gadis yang pendiam. Kesan pertama memang dia terlihat tidak bersahabat, namun semakin kesini justru dia lah yang paling memahamiku. Hatinya hangat. Dia gadis yang perhatian.
Dia gadis yang tidak pernah mengeluh. Dia sungguh adalah gadis yang sangat aku sayangi. Entah bagaimana aku mengatakannya. Tapi sepertinya dia hanya menganggapku sebagai kakak, atau mungkin hanya teman yang memiliki hobi sama.
Aku sering memberinya pocky, kesukaannya.
Aku pernah mengajarinya menggambar chara anime.
Aku pernah bermain basket dengannya.
Hal-hal seperti itulah caraku menunjukkan perhatian kecil kepadanya. Namun dia menganggapnya biasa.
Dia menganggap semua itu hanya bagian dari ‘saling berbagi’.
Aku ragu jika dia benar menyukaiku. Aku hanya sadar diri. Lagi pula dia tidak pernah menunjukkan bahwa dia menyukaiku lebih dari sekedar teman biasa.
Kau tau, Rin?
Aku menyayangimu.



Len.

3 komentar: