read :
Namaku Kaito.
Laki-laki biasa berumur 19 tahun.
Laki-laki yang saat ini jauh dari orangtua karena pendidikan. Aku
rela pergi ke kota lain hanya untuk menempuh pendidikan dan mengincar sekolah
yang aku inginkan. Tujuanku hanya satu. Membuktikan kepada keluragaku bahwa aku
mampu. Hanya itu. Aku meneruskan
studiku dengan beasiswa. Tak sepeserpun uang orangtuaku keluarkan untuk
pendidikanku disini.
Aku hanya siswa biasa yang
kehidupannya bisa dikatakan sangat abu-abu dan tak berwarna. Tunggu. Abu-abu
adalah warna. Mungkin kehidupan sekolahku sangat suram tak berwarna.
Aku memilih jurusan olahraga. Selain aku menyukai olahraga, aku tak terlalu
pandai dibidang akademik dan agak tidak suka jika harus senantiasa di dalam
kelas. Mungkin aku memiliki jiwa yang ingin bebas. Bagiku kegiatan luar kelas
adalah yang cocok untukku. Karena ku dengar jurusan olahraga lebih banyak
praktek di lapangan, sepertinya ini akan cocok denganku selain aku penyuka
olahraga.
Dari bawah sini
kadang aku melihat seorang gadis berambut hitam yang bergelombang dari lantai
atas. Sering ku perhatikan dia, matanya sangat berbinar jika melihat kelasku
bermain basket. Aku bisa melihatnya dari bawah dengan jelas. Dia sering melihat
ke arah bawah dengan menopang kepalanya dengan satu tangannya yang senantiasa
memegang pensil mekanik itu. Sesekali dia kembali fokus pada kelas, namun
kemudian dia kembali melihat bawah. Kadang dia melihat ke arah langit. Seperti
ada yang ingin dia sampaikan kepada langit biru dan dedaunan.
Aku sering
memperhatikan dia dari bawah sini. Laki-laki yang duduk di belakangnya kadang
juga ikut melihat ke arah bawah jika dia tahu bahwa gadis itu melihat bawah
dalam waktu yang cukup lama. Aku kadang melihat laki-laki itu bermain dengan
rambut gadis itu. Dia seperti ‘ingin tahu’ apa yang sedang dilihat gadis itu
dalam waktu yang cukup lama. Hal apa yang bisa membuat gadis itu sampai
berpaling dari pelajaran di kelas.
Dari bawah sini
bisa ku lihat dengan jelas. Kadang laki-laki itu mengecak-acak manis kepala
gadis itu. Kadang ku lihat pula laki-laki itu memberikan makanan ringan yang
mungkin itu adalah pocky. Terkadang gadis itu membalikkan kursinya ke arah meja
laki-laki itu. Sepertinya untuk belajar sesuatu. Mereka kadang tertawa bersama.
Namun kadang duduk berjauhan.
Mereka nampak
sangat dekat. Namun kadang aku melihat mereka seperti tak saling kenal. Hanya
opiniku saja. Mereka saling suka namun tak ada yang berani mengatakannya. Gadis
itu seperti menunggu. Dan laki-laki itu terkesan cuek.
Seusai kelas kadang
aku menjumpai mereka pulang bersama. Mereka nampak sangat dekat. Sangat akrab.
Dari dekat bisa ku lihat. Mata lebar dan jernih dari gadis itu. Senyum ceria
yang selalu dia keluarkan. Aura menarik yang terpancar dari dirinya. Tubuh
mungil dan rambut bergelombang yang indah. Laki-laki itu memiliki tubuh yang
tinggi dan terkesan cuek. Laki-laki itu selalu memasang sebelah earphonenya dan
memasukkan kedua tangannya dalam saku jaketnya.
Sepertinya mereka
memiliki hubungan khusus.
Namun jika
dibandingkan dengan teman-temannya, bisa dibilang mereka tak cukup akrab satu
sama lain. Seperti tak saling kenal. Namun aku bisa tahu dari sorot mata gadis
dan laki-laki itu bahwa mereka sebenarnya cukup akrab. Hanya saja tidak ada
yang tahu. Seperti hanya gadis itu dan laki-laki itu yang tau sejauh apa
hubungan mereka berdua. Aku hanya tak habis pikir apa yang mereka pikirkan.
Sekedar berteman tapi terlihat akrab hanya pada saat-saat berdua. Namun kadang
terlihat canggung. Mereka berdua seperti menyembunyikan sesuatu yang tidak
ingin diketahui oleh teman-temannya.
Gadis itu terlihat
pendiam apabila sudah berkumpul dengan teman-temannya. Dan justru laki-laki itu
yang tampak mencolok dan bersinar. Laki-laki itu seperti memiliki daya tarik
tersendiri dimata teman-teman dan gadis-gadis lain di sekitarnya. Aku berani
bertaruh, laki-laki itu tak hanya dekat dengan satu perempuan saja. Seperti berubah
180o, kini gadis berwajah ceria itu dan laki-laki yang nampak dekat
dengan dia seperti tak saling kenal, saling menjauh, bahkan seperti acuh. Laki-laki
itu nampak lebih beraura dan gadis itu seperti bayangan, tak ada, bahkan
mungkin tak dianggap. Ironis. Jadi sebenarnya seperti apa hubungan mereka berdua?
Aku ingin mengenal
gadis itu lebih jauh. Tak hanya sekedar melihat dari bawah sini dan dari
kejauhan. Aku ingin mengenalnya seperti laki-laki itu mengenalnya. Bahkan jika
bisa aku akan lebih menganggap gadis itu ada dan berharga, bukan seperti tak
melihatnya. Akan kuperlakukan dia sama dengan yang biasanya. Jarak ini tak cukup
masuk akal. Hanya bisa memperhatikan dia dari bawah sini. Dan dia hanya bisa
memperhatikan dari atas. Aku ingin dilihat olehnya. Bukan sekedar dia melihat
pria pemain olahraga. Aku ingin dilihatnya sebagai teman. Atau lebih. Jujur
saja. Jarak ini sangat mengganggu. Betapa beruntung menjadi laki-laki yang selalu
gadis itu pikirkan. Betapa beruntung mereka yang bisa bertemu dan tertawa
dengan dia setiap hari. Tanpa jarak yang tak masuk akal ini.
Kaito.
pusing mba .. @@
BalasHapus