Selasa, 03 November 2015

Kaito's Side [LenxRin]


Namaku Kaito.
Laki-laki biasa berumur 19 tahun. Laki-laki yang saat ini jauh dari orangtua karena pendidikan. Aku rela pergi ke kota lain hanya untuk menempuh pendidikan dan mengincar sekolah yang aku inginkan. Tujuanku hanya satu. Membuktikan kepada keluragaku bahwa aku mampu. Hanya itu. Aku meneruskan studiku dengan beasiswa. Tak sepeserpun uang orangtuaku keluarkan untuk pendidikanku disini.
Aku hanya siswa biasa yang kehidupannya bisa dikatakan sangat abu-abu dan tak berwarna. Tunggu. Abu-abu adalah warna. Mungkin kehidupan sekolahku sangat suram tak berwarna.
Aku memilih jurusan olahraga. Selain aku menyukai olahraga, aku tak terlalu pandai dibidang akademik dan agak tidak suka jika harus senantiasa di dalam kelas. Mungkin aku memiliki jiwa yang ingin bebas. Bagiku kegiatan luar kelas adalah yang cocok untukku. Karena ku dengar jurusan olahraga lebih banyak praktek di lapangan, sepertinya ini akan cocok denganku selain aku penyuka olahraga.
Dari bawah sini kadang aku melihat seorang gadis berambut hitam yang bergelombang dari lantai atas. Sering ku perhatikan dia, matanya sangat berbinar jika melihat kelasku bermain basket. Aku bisa melihatnya dari bawah dengan jelas. Dia sering melihat ke arah bawah dengan menopang kepalanya dengan satu tangannya yang senantiasa memegang pensil mekanik itu. Sesekali dia kembali fokus pada kelas, namun kemudian dia kembali melihat bawah. Kadang dia melihat ke arah langit. Seperti ada yang ingin dia sampaikan kepada langit biru dan dedaunan.
Aku sering memperhatikan dia dari bawah sini. Laki-laki yang duduk di belakangnya kadang juga ikut melihat ke arah bawah jika dia tahu bahwa gadis itu melihat bawah dalam waktu yang cukup lama. Aku kadang melihat laki-laki itu bermain dengan rambut gadis itu. Dia seperti ‘ingin tahu’ apa yang sedang dilihat gadis itu dalam waktu yang cukup lama. Hal apa yang bisa membuat gadis itu sampai berpaling dari pelajaran di kelas.
Dari bawah sini bisa ku lihat dengan jelas. Kadang laki-laki itu mengecak-acak manis kepala gadis itu. Kadang ku lihat pula laki-laki itu memberikan makanan ringan yang mungkin itu adalah pocky. Terkadang gadis itu membalikkan kursinya ke arah meja laki-laki itu. Sepertinya untuk belajar sesuatu. Mereka kadang tertawa bersama. Namun kadang duduk berjauhan.
Mereka nampak sangat dekat. Namun kadang aku melihat mereka seperti tak saling kenal. Hanya opiniku saja. Mereka saling suka namun tak ada yang berani mengatakannya. Gadis itu seperti menunggu. Dan laki-laki itu terkesan cuek.
Seusai kelas kadang aku menjumpai mereka pulang bersama. Mereka nampak sangat dekat. Sangat akrab. Dari dekat bisa ku lihat. Mata lebar dan jernih dari gadis itu. Senyum ceria yang selalu dia keluarkan. Aura menarik yang terpancar dari dirinya. Tubuh mungil dan rambut bergelombang yang indah. Laki-laki itu memiliki tubuh yang tinggi dan terkesan cuek. Laki-laki itu selalu memasang sebelah earphonenya dan memasukkan kedua tangannya dalam saku jaketnya.
Sepertinya mereka memiliki hubungan khusus.
Namun jika dibandingkan dengan teman-temannya, bisa dibilang mereka tak cukup akrab satu sama lain. Seperti tak saling kenal. Namun aku bisa tahu dari sorot mata gadis dan laki-laki itu bahwa mereka sebenarnya cukup akrab. Hanya saja tidak ada yang tahu. Seperti hanya gadis itu dan laki-laki itu yang tau sejauh apa hubungan mereka berdua. Aku hanya tak habis pikir apa yang mereka pikirkan. Sekedar berteman tapi terlihat akrab hanya pada saat-saat berdua. Namun kadang terlihat canggung. Mereka berdua seperti menyembunyikan sesuatu yang tidak ingin diketahui oleh teman-temannya.
Gadis itu terlihat pendiam apabila sudah berkumpul dengan teman-temannya. Dan justru laki-laki itu yang tampak mencolok dan bersinar. Laki-laki itu seperti memiliki daya tarik tersendiri dimata teman-teman dan gadis-gadis lain di sekitarnya. Aku berani bertaruh, laki-laki itu tak hanya dekat dengan satu perempuan saja. Seperti berubah 180o, kini gadis berwajah ceria itu dan laki-laki yang nampak dekat dengan dia seperti tak saling kenal, saling menjauh, bahkan seperti acuh. Laki-laki itu nampak lebih beraura dan gadis itu seperti bayangan, tak ada, bahkan mungkin tak dianggap. Ironis. Jadi sebenarnya seperti apa hubungan mereka berdua?
Aku ingin mengenal gadis itu lebih jauh. Tak hanya sekedar melihat dari bawah sini dan dari kejauhan. Aku ingin mengenalnya seperti laki-laki itu mengenalnya. Bahkan jika bisa aku akan lebih menganggap gadis itu ada dan berharga, bukan seperti tak melihatnya. Akan kuperlakukan dia sama dengan yang biasanya. Jarak ini tak cukup masuk akal. Hanya bisa memperhatikan dia dari bawah sini. Dan dia hanya bisa memperhatikan dari atas. Aku ingin dilihat olehnya. Bukan sekedar dia melihat pria pemain olahraga. Aku ingin dilihatnya sebagai teman. Atau lebih. Jujur saja. Jarak ini sangat mengganggu. Betapa beruntung menjadi laki-laki yang selalu gadis itu pikirkan. Betapa beruntung mereka yang bisa bertemu dan tertawa dengan dia setiap hari. Tanpa jarak yang tak masuk akal ini.

Kaito.

1 komentar: